Senin, 13 Oktober 2014

Mahasiswa-Alumni: sebuah renungan tentang Orientasi

Oleh Imam Yuliadi
Pergerakan Mahasiswa selalu jadi pembicaraan menarik selama masa perkuliahan. Gabungan antara Aktifitas intelektual dan dunia pergaulan mahasiswa dengan politik praktis di dalam sebuah negara, ditambah bumbu pemberontakan menjadikannya sedap untuk dikonsumsi oleh setiap pemuda yang darahnya gampang panas. Mahasiswa sebagai bagian dari kalangan muda yang haus akan aktualisasi diri membuatnya muncul sebagai Herodalam penggulingan kekuasaan. Di Indonesia sendiri mahasiswa sudah 2 kali turun tangan dalam menggulingkan penguasa. yang pertama saat menggulingkan pemerintah Orde Lama yang dipimpin Soekarno, dan yang kedua saat menumbangkan Orde Baru yang dipimpin Soeharto. dari dua peristiwa besar tersebut mahasiswa menempatkan dirinya pada posisi sentral dalam upaya pembaruan sistem di Indonesia.

sudah 13 tahun sejak peristiwa 1998, hawa panas reformasi masih belum hilang hingga saat ini. Aktifitas demo mahasiswa  masih terus terjadi dengan skala yang lebih kecil guna mengawal berbagai kebijakan pemerintah di Orde yang dinamakan orde reformasi. Walaupun dengan tujuan untuk mengawal kebijakan pemerintah tidak jarang aksi-aksi demo tersebut juga ditunggangi oleh berbagai kepentingan-kepentingan tertentu, aksi demo bayaran bukan lagi hal baru saat ini. Aktifitas organisasi mahasiswa juga dihadapkan dengan berbagai dilema baik dalam hal Ideologis maupun dalam hal arah pergerakan. Dalam hal arah pergerakan paling tampak dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan organisasi tersebut. banyak dari organisasi tersebut yang tengelam dalam aktifitas politik praktis (walaupun tidak semua), sehingga melahirkan kader-kader yang masih prematur, sehingga berorgasasi tidak menjadikan yang bersangkutan memiliki Idealisme dalam berpolitik malah menjadikannya bersikap pragmatis dalam berpolitik.

Dalam hal Ideologis organisasi mahasiswa mengalami dilema dalam mengarahkan ideologi organnya sendiri, ada banyak organisasi kemahasiswaan, baik organisasi intra kampus (Omik) maupun organisasi ekstra kampus (Omek) tidak memiliki landasan jelas dalam membangun organisasinya, Sistem pemerintahan di Indonesia menjadi acuan yang umumnya digunakan oleh mahasiswa dalam membangun organisasinya, padahal mahasiswa sendiri sadar kalau negara saat ini pun sedang mencari bentuk ideal dalam kerangka Ideologi pancasila, dimana Pancasila sendiri merupakan ideologi campuran antara Ideologi Sosialis, Liberal, dan agama. Sehingga tidak jarang organisasi kemahasiswaan tersebut mencari arah Ideologi sendiri termasuk di luar ideologi Pancasila.

Keterjebakan mahasiswa bukan hanya terjadi dalam aktifitas berorganisasi di kampus. sebagian lagi (sebagian besar) terjebak dalam keadaan yang lebih parah, pengaruh negatif media berupa hedonisme bahkan membuatnya lupa akan aktifitas akademisnya sebagai mahasiswa. Tempat-tempat hiburan malam ramai dikunjungi mahasiswa, sebut saja Balebarong atau Hugos (dua diantara banyak tempat dugem di Malang), kalau ke tempat tersebut, anda akan mendapati sebagian besar pengunjungnya adalah mahasiswa. hal ini jelas buruknya bagi mahasiswa tersebut tanpa harus dijelaskan panjang lebar tentang aktifitas dugem beserta minuman keras yang disuguhkan.

dari permasalahan lunturnya Idealisme mahasiswa karena godaan politik praktis, kemudian kehilangan arah Ideologis dalam organisasi kemahasiswaan, sampai pada keterjebakan mahasiswa pada dunia Hedonis. kesemuanya merupakan permasalahan yang begitu kompleks. Padahal di luar berbagai masalah yang kompleks tersebut sebenarnya ada sebuah misi penting yang sejatinya menjadi bahan renungan para mahasiswa saat ini. Di masa masa kritisnya bangsa saat ini, masyarakat di luar sana membutuhkan sebuah inovasi yang nyata untuk pembangunan, dan sejatinya solusi itu lahir dari pemikiran-pemikiran Alumni. Kenapa Alumni? di sini penulis menganalogikan seorang alumni perguruan tinggi sebagai seorang bayi yang telah melewati masa-masa kritisnya disaat masih menjadi janin (mahasiswa). seorang bayi yang mau tidak mau harus beradaptasi dengan dunia luar yang ganas (gerah & panas), sehingga idealismenya bisa diuji.

Namun dengan kondisi masyarakat yang butuh terobosan baru dari alumni, alumni justru tidak siap terjun masyarakat, alih-alih membawa solusi, alumni justru menjadi masalah baru bagi Negara dimana pemerintah harus bekerja ekstra keras menurunkan angka pengangguran (walaupun pada tahun 2010-2011 angka pengangguran menurun 9%). Belum lagi aspek moral dalam dunia kerja yang rawan akan korupsi. Kehidupan yang pragmatis, Ideologi yang tidak matang, racun hedonisme merupakan tantangan berat bagi pada alumni saat ini, yang juga merupakan PR bersama bangsa ini, dalam hal ini adalah kaitannya dengan lembaga pendidikan Perguruan Tinggi. Setidaknya tulisan ini bisa menjadi bahan renungan bersama para Mahasiswa, Khususnya teman-teman di Universitas Negeri Malang yang akan segera terjun ke dunia kerja, sehingga bisa memahami posisi dan perannya sebagai Agent Intelektual dalam masyarakat.

0 komentar:

Posting Komentar