Oleh : Imam Yuliadi
1. BIMA
Bima merupakan daerah tingkat II di Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), sebelum bergabung dengan NKRI Daerah Bima telah melewati perjalanan sejarah yang panjang, dari masa sebelum Islam yang hingga kini masih sulit untuk diungkapkan serta dipaparkan sejarahnya karena ALASAN keterbatasan sumber. orang Bima menyebut dirinya "Dou Mbojo" jadi ketika teman-taman semua berkunjung ke Bima jangan heran ketika kata mbojo lebih familiar ketimbang kata Bima.
2. PERAN APA YANG BIMA MILIKI DALAM PERGOLAKAN SEJARAH BERSKALA NASIONAL?
Dalam konteks Sejarah Nasional Peran Bima dalam Dinamika politiknya jarang diungkap. hal ini mungkin dikarenakan porsi partisipasi pergolakan kekuasaan di sana banyak bersifat lokal dan regional wilayah saja. Selain itu penulisan sejarah tentang Bima juga banyak dilatar belakangi oleh Nasionalisme berlebihan sehingga tulisan-tulisan sejarah lokal tentang peran Bima dalam dinamika politik nasional terkesan dipaksakan. Dari sini penulis berusaha membuat tulisan dengan landasan historis lokal yang juga memaparkan karakteristik masyarakat Bima, sehingga selain pembaca bisa mengetahui Dinamika kekuasaan di Bima, pembaca juga bisa menilai sendiri bagaimana kondisi masyarakat Bima Abad 17-18 M.
Masyarakat Bima adalah masyarakat dengan kontruksi yang heterogen. Dalam masyarakat Bima terdiri dari komposisi ras yang lumayan beragam. Kapan dan bagaimana Bima bisa memiliki komposisi masyarakat yang demikian secara historis penulis akan mencoba memaparkan dalam tulisan ini yang mengangkat judul “Dinamika Sosial dan Politik Kesultanan Bima Abad 17 – 18 M” Bima masa kesultanan atau menurut Bpk. Ari Sapto M.Hum lebih tepat disebut Kerajaan Islam Bima yang dalam sejarahnya banyak ikut serta dalam berbagai pergolakan di Nusantara bagian timur terutama dalam masa awal pemerintahan kerajaan Islam Bima sekitar abad 17 M.
3.INI KAH BIMA? INI KAH DOU MBOJO?
Ramainya jalur perdagangan dan pelayaran nusantara pada masa awal kerajaan Islam tidak hanya diikuti oleh inkulturasi dan transfer budaya, tetapi juga memancing kepentingan politis VOC dalam hegemoni kekuasaan serta monopoli Perdagangan di wilayah Bima. Dalam perkembangan selanjutnya ketika pemerintah Hindia Belanda mengambil alih wilayah kekuasaan VOC, Bima sebagai salah satu kerajaan di pulau sumbawa tidak luput dari penetrasi kekuasaan Belanda. Dari awal abad 17 M sampai pada awal abad 19 M Belanda sebagai kongsi dagang (VOC) maupun Belanda Sebagai pemerintahan kerajaan terus melakukan usaha Hegemoni kekuasan di wilayah ini, baik dengan politik Adu domba maupun dengan melakukan berbagai perjanjian akhirnya berhasil menguasai penuh lingkungan Istana, sehingga berujung dengan perjanjian yang dikenal dengan “Conract Met Bima”. Perjanjian ini menujukkan Bahwa kerajaan Bima benar-benar berada dalam wilayah Hegemoni Hindia Belanda.
INILAH AWAL DARI HILANGNYA TARING KESULTANAN BIMA, HINGGA SEKARANG TARING ITU TAK KUNJUNG TUMBUH..., TETAP OMPONG SEPERTI OMPU-OMPU DAN WA'I-WA'I.
catatan:
"sebagai bahan kritik bagi pribadi dou Mbojo. Bukan menyebarkan aib"
Bisa jadi Taring itu mulai Mbonci seperti Suri Uwi seiring lahirnya Generasi Emas Komplasi,,,,, Semangat.. ^_^
BalasHapus